“Pindang tetel itu terbuat dari ikan pindang ya?”
Bukan.
Meski namanya Pindang Tetel, makanan khas desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan ini terbuat dari olahan daging sapi. Dari penampakannya, makanan ini sekilas terlihat seperti rawon. Namun cita rasa Pindang Tetel sangat berbeda dari rawon yang berkuah lebih kental.
“Kriuk Kriuk” bunyi kerupuk yang dipatahkan akan menjadi suara yang menyambut anda jika mendatangi restoran pindang tetel. Kerupuk usek atau kerupuk yang dimasak dengan pasir adalah ciri khas yang tak bisa lepas dari makanan berkuah coklat satu ini. “Pindang tetel tidak cocok beradu dengan kerupuk minyak, jadi harus kerupuk pasir,” begitu penjelasan salah satu penjual pindang tetel.
Konon, dulu di daerah Ambokembang berlimpah dengan hasil kluwek. Ketika masyarakat mencoba memadukannya dengan tempe dan tahu, rasanya terasa aneh. Maka digunakanlah daging sapi yang diitetel, atau dicacah kecil-kecil. Dari sinilah makanan ini mendapatkan namanya.
Daging sapi yang dekat dengan tulang adalah bagian paling cocok untuk dijadikan pindang tetel. Kluwak yang menjadi salah satu bahan utama Pindang tetel berbaur serasi dengan bawang dan menghilangkan bau amis dari daging sapi.
Makanan gurih yang sedikit pedas ini paling cocok dinikmati di waktu sore. Pindang tetel biasanya disajikan menggunakan lontong atau nasi. Dulunya pindang tetel hanya disajikan di acara hajatan atau sunatan, namun semakin bertambahnya penggemar makanan ini membuat penjual pindang tetel semakin menjamur.
Bagi anda yang tertarik untuk mencicipi rasa pindang tetel, segera saja berkunjung ke daerah Kedungwuni. Gerobak Pindang Tetel ibu Sugi yang berada di samping RSI Pekajan adalah salah satu penjual pindang tetel yang telah menjajahkan kuliner ini lebih dari 20 tahun.
Rasanya? Awas buat ketagihan!